Warga Lampung, khususnya yang tinggal dekat Selat Sunda patut waspada. Sebab, daerah tersebut diprediksi masuk dalam zona gempa megathrust.
Hal itu diungkapkan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rakornas Penanganan Bencana Tahun 2021 yang disiarkan YouTube BNPB, Kamis (4/3/2021).
Seperti dikutip lampungcorner.com dari detik.com, Luhut mengatakan, potensi gempa megathrust terjadi di Barat pantai Sumatera dan Selatan Pulau Jawa. Karenanya, ia meminta pemerintah daerah setempat untuk melakukan mitigasi.
Awalnya, Luhut memaparkan gempa pada Januari 2021. Yang gempa itu menimbulkan kerusakan.
”Jika Anda lihat di beberapa tempat, walaupun skalanya nggak besar, yang di Sulut, Talaud, itu magnitudonya sudah 7,1,” katanya.
Luhut kemudian memaparkan potensi gempa megathrust di Indonesia. Luhut menyebut potensi itu mungkin terjadi di Barat Pulau Sumatera dan Selatan Pulau Jawa.
”Kita takut megtahrust ini, yang bisa saja terjadi di pantai Barat Sumatera, pantai Selatan Jawa. Ini memang kita harus duga kalau itu akan terjadi. Di mana? Kapan? Dan bagaimana? Itu yang kita tidak tahu. Itulah alam itu. Jadi kita semua harus siap menghadapi itu,” ujarnya.
Berdasarkan slide yang dipaparkan Luhut, zona megathrust tersebut di antaranya adalah Kepulauan Mentawai; Lampung Selat Sunda; Banten; Selatan Bali; Sulawesi Utara; Laut Maluku; Utara Papua; dan Laut Banda.
Ia juga memaparkan zona aktif gempa pada Januari 2021. Menurutnya, perlu diperhatikan pemerintah daerah.
”Kemudian dasar satu, zona aktif gempa Januari 2021 ini tolong kita simak zona aktif gempa Januari. Gempa Januari 2021 itu ada di Aceh, Nias. Aceh mungkin tidak berulang tsunami, mungkin menurut saya, saya tidak tahu. Tapi, karena baru 15 tahun yang lalu. Namun, di Nias bisa saja terjadi, atau di Padang, karena Padang daerah patahannya itu. Atau juga di Bengkulu itu juga daerah-daerah berbahaya, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulbar, Sulteng, Gorontalo, Laut Maluku, Seram. Ini semua area yang perlu kita perhatikan,” pesannya.
Selain itu, Luhut menjabarkan zona rawan tsunami. Ia meminta kepada kepala daerah untuk memetakan potensi tersebut dan melakukan mitigasi.
”Kalau kita lihat peta sebaran desa rawan tsunami di Indonesia, Anda bisa lihat semua ini terdampak. Jadi, teman-teman gubernur atau bupati yang melihat peta sebaran rawan ini, saya kira sudah punya semua. Ayo kita hati-hati! Jangan karena sudah setahun tidak ada, tiga tahun tidak ada, atau lima tahun tidak ada, lantas besok tidak ada, besok bisa saja. Atau setelah ini pun bisa saja. Karena tidak ada yang bisa mengatur gempa ini,” ungkapnya.
”Jadi, saya berharap kita semua supaya tidak pernah mengatakan tidak ada. Semua potensi bisa terjadi besok, bisa terjadi lusa,” pungkasnya.(*)