Harga Pangan Meroket, Warga Yaman Sulit Makan saat Buka Puasa

- Jurnalis

Selasa, 5 April 2022 - 19:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang ibu menerima jatah makanan dari petugas di dapur amal di Sanaa, Yaman. Foto: Khaled Abdullah/REUTERS

Seorang ibu menerima jatah makanan dari petugas di dapur amal di Sanaa, Yaman. Foto: Khaled Abdullah/REUTERS

LAMPUNGCORNER.COM, Dahulu, Aqeel bin Thabet, seorang professor universitas di kota Aden, Yaman, biasa membeli satu atau dua domba untuk dimakan selama bulan suci Ramadhan. Kini, akibat harga meroket, ia hanya mampu membeli daging satu kali dalam seminggu.

Di kota yang sama, Intisar Ahmad, seorang wanita berusia 50 tahun, memilih untuk tidak makan daging dan jajanan manis. Ia merasa cukup dengan apa pun yang bisa mengisi perutnya di bulan puasa ini.

Ahmad mengatakan, di kota Aden, harga gula dan tepung putih melonjak 40% hanya dalam waktu kurang dari sebulan.

Di Yaman, merupakan tradisi bagi umat Islam untuk berbuka puasa dengan makanan besar setelah matahari terbenam.

“Ramadhan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lonjakan harga yang gila-gilaan,” kata Wael al-Sulwi di ibu kota Sanaa, tempat Houthi menggulingkan pemerintah pada tahun 2014.

Diberitakan dari Reuters, perang di Yaman yang sudah berlangsung selama tujuh tahun telah memecah negara ini menjadi dua kepemimpinan berbeda; kelompok Houthi di utara dan pemerintah yang diakui secara internasional yang kini berbasis di kota Aden.

Perang telah menyebabkan bencana kelaparan yang mempengaruhi jutaan orang dan membuat nilai mata uang merosot. Selain itu, kekurangan bahan bakar di utara menyebabkan banyak warga Yaman tak dapat memperoleh makanan dan kebutuhan lainnya.

Bahkan di kota Aden, mata uang riyal telah jatuh sekitar 20% terhadap dolar sejak Januari 2022. Yaman memiliki dua bank sentral yang bersaing sehingga nilai riyal berbeda tergantung wilayahnya.

Profesor Thabet, yang memiliki lima anak, mengatakan gaji bulanannya dulu sama dengan USD 1.200 beberapa tahun yang lalu, tetapi sekarang hanya bernilai USD 250.

“Mereka ingin menyebabkan negara kelaparan, yang kini mulai terjadi di banyak keluarga yang dulunya berkecukupan,” kata Thabet marah, sembari mengkritik pemerintah dan pedagang.

Gencatan senjata selama dua bulan antara pihak-pihak yang bertikai dimulai, pada Sabtu (2/4/2022). Penghentian konflik ini bertujuan untuk meringankan beban penderitaan rakyat dengan mengizinkan pengiriman bahan bakar ke daerah-daerah Houthi.

Namun, dampaknya hingga kini masih belum terasa.

 

Red

Berita Terkait

Menang Adu Pinalti, Argentina Juarai Piala Dunia 2022
Momen Haru Ridwan Kamil Dipeluk Warga Bern yang Selamatkan Adik Eril dari Arus Sungai Aare
Pencarian Anak Ridwan Kamil di Sungai Aare Terkendala Air Keruh, Ini Penjelasan Polisi Swiss
Dubes Rusia di Polandia Diserang hingga Mukanya Berlumur Mirip Darah, Ini Kata Pengamat
Ulurkan Bantuan, India Coba Tarik Sri Lanka dari Rangkulan Pengaruh China
Gubernur Lugansk Sebut Rusia Siapkan Serangan Besar
Teroris Uganda Bunuh 21 Warga Kongo
Horor di Bucha Ukraina
Berita ini 87 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 19 Desember 2022 - 08:46 WIB

Menang Adu Pinalti, Argentina Juarai Piala Dunia 2022

Selasa, 31 Mei 2022 - 17:23 WIB

Momen Haru Ridwan Kamil Dipeluk Warga Bern yang Selamatkan Adik Eril dari Arus Sungai Aare

Senin, 30 Mei 2022 - 13:05 WIB

Pencarian Anak Ridwan Kamil di Sungai Aare Terkendala Air Keruh, Ini Penjelasan Polisi Swiss

Selasa, 10 Mei 2022 - 17:07 WIB

Dubes Rusia di Polandia Diserang hingga Mukanya Berlumur Mirip Darah, Ini Kata Pengamat

Selasa, 5 April 2022 - 19:26 WIB

Harga Pangan Meroket, Warga Yaman Sulit Makan saat Buka Puasa

Berita Terbaru

Ilustrasi

TULANGBAWANG BARAT

Realisasi Dana Desa Tunas Jaya Diduga Sarat Korupsi

Selasa, 8 Jul 2025 - 13:39 WIB