LAMPUNGCORNER.COM, Pesawaran – Di pasar ayam pedaging, Gunawan tak mampu bersaing. Memulai dari 300 ekor pada 2007, petani di Desa Wiyono, Kecamatan Gedongtataan, Pesawaran ini mencoba peruntungan. Naik ke 500 ekor pada musim berikutnya, 700 ekor, hingga 1.200 ekor, dan mengakhiri usaha yang tidak bisa disambi itu pada 2019.
“Saya bangkrut pada 2019, nggak bisa bersaing. Pakan mahal, harga jual jatuh, habis modal. Untungnya saya dapat pinjaman dari PTPN VII pada 2020. Tapi saya ganti ayam pejantan. Alhamdulillah bisa bangkit lagi,” kata pria sederhana ini dalam keterangan tertulisnya yang di terima lampungcorner.com pada, Selasa (27/7/2021).
Bagi Gunawan, PTPN VII akan dicatat sebagai penyelamat usaha yang digelutinya. Ketika terpuruk, kehadirannya bak sinar matahari yang terbit menerangi jalan ekonominya lagi. Kali ini, jalan ekonominya berpindah kepada ayam yang pemeliharaannya lebih mudah, bisa disambil bertani, meskipun masa panennya lebih panjang.
Ia mengaku mendapat informasi adanya program mitrabinaan ini dari Kepala Desa.
“Saat ada pertemuan desa, pak Kades memberitahu kepada warga bila PTPN VII melalui Unit Wayberulu, memberikan pinjaman modal usaha,” ujar dia.
Menurut pria kelahiran Wiyono ini, selain bertani ia juga menggeluti usaha bertenak ayam. Di tahun 2007 ia mencoba membuka usaha ternak ayam potong. Dengan modal usaha membeli 300 ekor ayam seharaga Rp 5.000 per ekor.
Ayam ini kemudian diternak hingga menjadi ayam yang siap potong. Usahanya semula berjalan baik dengan waktu pemeliharaan 28 hari. Hasilnya selain dipasarkan ke pasar tradisional, ia juga menjual ke rumah makan yang ada di Pesawaran.
Dari hari ke hari usaha yang digelutinya terus mengalami peningkatan. Namun, sejak pandemi virus corona, permintaan ayam potong terus menurun. Sementara modal pembelian bibit ayam semakin tinggi. Belum lagi risiko kematian yang cukup tinggi dan beternak ayam potong tidak bisa disambi pekerjaan lain.
“Saya nggak bisa bertahan dengan ayam potong. Akhirnya sempat berhenti dan bingung mau ngapain. Tetapi alhamdulillah dapat pinjaman lunak dari PTPN VII dan saya pakai untuk ternak ayam pejantan,” kata dia.
Menurut Gunawan, ternak ayam pejantan lebih mudah perawatannya. Dia juga bisa melakukan pekerjaan lain.
“Sejak ternak ayam pejantan, saya mulai lagi bertani dan berkebun, nanam jahe merah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.” ungkapnya.
Untuk ternak ayam pejantan, setiap periode membeli 1.500 ekor bibit. Dalam satu periode, Gunawan mengaku bisa meraih omset sekitar 15 juta rupiah.
Ternak ayam pejantan, menurut Gunawan adalah jenis usaha ayam yang memiliki prospek yang cukup baik karena pemeliharaan ayam pejantan ini tidak sesulit jenis ayam broiler atau petelur.
Beternak ayam pejantan sama dengan jenis ayam kampung super. Yang membedakan hanya jenisnya saja. Kalau di lihat dari segi harga, bibit ayam pejantan lebih murah.
“Berternak ayam pejantan, lebih mudah pemeliharaannya. Tiap pagi kita hanya memberi makan dan minum saja setelah itu bisa ditinggal untuk bertani,” katanya.
Perawatan memang lebih mudah, diberi pemanas di kandangnya dan risiko kematian juga rendah.
“Yang terpenting, kita harus menjaga kebersihan kandang, agar ayam tidak mudah tertular penyakit. Untuk ayam pejantan, kita panen setiap 55 hari. Ayam ayam ini bisa memiliki berat 8-9 ons. Beda dengan ayam boiler, ayam pejantan cendrung lebih kecil sudah dipanen.” tuturnya.
Saat ini, setiap kali berternak Gunawan sudah mencapai 3.000 ekor. Dan penjualannya banyak pembeli pemilik rumah makan. Tidak sebatas dari wilayah Pesawaran, tapi juga dari Tulangbawang dan Bandarlampung.
“Yang harus diperhatikan dalam berternak ayam pejantan ini serangan penyakit geburu. Biasanya penyakit ini menyerang pada usia 21 hari. Bila sudah ada yang terkena penyakit ini biasanya cepat menyebar ke lainnya, dan mengakibatkan mati masal.” jelasnya.
Untuk menghindari penyakit ini, kita lakukan penyemprotan disinfektan. Dan pembersihan kandang dilakukan selama 1,5 bulan setelah panen. Sehingga kandang terjaga kebersihannya. Berternak ayam pejantan juga lebih mudah dalam melakukan pemberaihan kandang. Karena ayam ayam ini kotorannya kering, sehingga tidak menimbulkan bau.
Kedepan ia berencana akan berternak sapi potong dan menanam rumput gajah. Semoga ini bisa dilakukan, seiring pembinaan dan pinjaman modal dari PTPN VII. Ia berharap, untuk pinjaman kedua bisa mensaptkan lebih banyak lagi.
“Saya sangat berterima kasih, semoga PTPN VII terus maju dan jaya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebuh banyak lagi kepada masyarakat,” pungkasnya. (rls)