Lampungcorner.com, Mesuji — Dipukul preman pengawal proyek saat liputan, Ishar wartawan media Indenpenden Post melapor ke Mapolres Mesuji, Kamis (10/08/2023).
Laporan penganiayaan terhadap wartawan itu diterima dengan Nomor : STPL/112/VIII/2023/SPKT/Res Mesuji/Polda Lampung.
Usai melapor ke Mapolres Mesuji hingga Pukul 22.00 WIB, Ishar menjelaskan kronologi kejadian pemukulan yang menimpa dirinya.
Ishar mengungkapkan awalnya ia mendatangi stockpile material untuk pembangunan jalan rigid beton proyek Provinsi Lampung di pertigaan Desa Sungaibadak tepatnya di Simpang Garuda Hitam.
Di lokasi itu, kata Ishar, ia menemui pengawas Proyek Bina Marga Provinsi Lampung, Mulyadi. Kemudian, ia melakukan wawancara seperti biasa.
“Ya, saya tanya, mengenai berapa panjang jalan, lebar, volume, progress seperti apa, nilai proyek, ya, hal-hal yang umum lah,” kata Ishar.
Usai wawancara, lanjut Ishar, ia mohon ijin untuk mengambil gambar dan video.
“Setelah saya berbincang sebentar dengan Pak Mulyadi, selanjutnya saya mengambil gambar dan video alat berat yang sedang merapikan material untuk pembangunan jalan. Kemudian saya kembali menemui kembali, untuk izin mempublikasikan pembangunan jalan tersebut. Nah, saat saya sedang berbincang dengan Pak Mulyadi, datanglah dua orang yang satu mengaku bernama Tapeng langsung menghardik sembari menarik tangan saya dan menyuruh saya pergi,” tutur Ishar.
Tidak hanya itu, kata Ishar lagi, para preman itu juga terus mengintimidasi agar ia pergi dari lokasi stockpile tersebut. Bahkan ia selain diseret, didorong ke arah motornya. Bahkan Ishar mengalami pemukulan dibagian punggung belakang. Terakhir ia diancam bisa mati jika tetap dilokasi.
“Ngapain kamu ngeliput disini, gak usah kamu usik-usik proyek ini. Kamu tahu saya Tapeng, ini kerjaan saya. Saya yang ngamanin proyek ini. Jadi gak usah kamu sok mau cari masalah. Kamu lebih baik cepat pergi dari pada saya tambah emosi liat kamu, nanti kamu mati disini. Begitulah perkataan Tapeng sembari menarik saya kemotor,” ujar Ishar menirukan ancaman preman tersebut.
Kemudian, saat sudah diatas motor, Tapeng dan rekannya masih tetap mengejar dan hendak memukul yang kedua kalinya.
“Melihat gelagat ini, saya buru-buru menarik gas motor jadi tidak kena. Waktu motor sudah jalan, ada keluar satu orang lagi dari rumah membawa seperti parang apa kayu saya kurang jelas mau mencegat saya, namun saya keburu pergi dengan motor,” lanjut Ishar lagi.
Atas pemukulan dan aksi premanisme itu, Ketua PWI Mesuji, Apriadi, mendesak pihak Dinas Bina Marga Provinsi Lampung untuk tidak memakai jasa premanisme untuk mengamankan pekerjaan mereka.
“Kami minta penjelasan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, alasan menggunakan preman untuk mengintimidasi dan memukul anggota PWI. Saya ingatkan, pers dalam melakukan tugasnya dilindungi Undang-Undang No 40/1999 Tentang Pers. Sebagai perpanjangan tangan masyarakat, kami mengawasi dan mempublikasikan tahapan serta proses pekerjaan yang dibiayai uang Negara. Kami pastikan wartawan PWI dalam bertugas pasti secara professional,” tegas Apri, Jumat (11/08/2023).
Apri meneruskan, karena aksi yang dilakukan oleh orang yang sengaja direkrut Dinas Bina Marga Provinsi Lampung itu sudah masuk dalam pidana dengan melakukan ancaman bahkan pemukulan, ia mendesak Polres Mesuji untuk segera menangkap para pelaku.
“Untuk itu, saya minta Bapak Kapolres, dapat segera menindaklanjuti laporan anggota kami tersebut. Agar tindakan premanisme, tidak boleh ada lagi di Bumi Mesuji ini. Yang selama ini kita berusaha menjaga citra baik. Tapi oleh perlakuan oknum Dinas BM Provinsi Lampung dengan memakai preman untuk mengamankan pekerjaan proyek , akhirnya nama baik Mesuji tercoreng lagi,” katanya.
Dihubungai via telpon Pukul 19.07 WIB, Pengawas Lapangan proyek tersebut, Mulyadi mengatakan tidak menyangka akan terjadi peristiwa tersebut. Karena, kata dia, Ishar datang dengan baik-baik dan berbicang dengan dirinya. Sampai Ishar ijin mau meliput dan pulang semua masih aman.
“Tapi tiba-tiba datang orang, saya juga tidak kenal, pakai bahasa daerah gitu, lalu ribut. Saya pikir tidak ada masalah sebelumnya,” katanya.
Mengenai orang yang mengaku bernama Tapeng dan bekerja pada proyek tersebut sebagai pengaman, Mulyadi membantah hal tersebut. Karena, ia mengatakan tidak ada rekrutmen preman di pekerjaan tersebut.
“Saya pengawasnya disini, siapapun yang datang kita layani dengan baik kok, kalau ada yang bertanya kita jawab. mengenai pekerjaan ini,” tutupnya. (*)
