Petani kakao di Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu mengeluh. Sebab, harga jual komoditas tersebut terus menurun, sehingga menyebabkan petani merugi.
Rodi, salah seorang petani mengatakan, selama ini belum ada industri yang menerima penjualan kakao dari petani langsung.
”Para petani saat ini hanya menjual hasil kakaonya ke tengkulak. Itu pun harganya relatif rendah sehingga keuntungannya sangat tipis,” ujarnya kepada Rilisid Lampung (grup Lampungcorner.com), Jumat (4/6/2021).
Robi mengungkapkan, kakao petani dibeli para tengkulak seharga Rp27 ribu perkilogram untuk yang sudah kering, sementara kakao basah harganya Rp15-17 ribu perkilogram.
”Padahal sebelumnya harga kakao kering mencapai Rp35 ribu,” keluh Rodi.
Rendahnya harga kakao membuat petani enggan mengembangkan komoditas tersebut, baik peremajaan maupun pemeiliharaan. Akibatnya, produktifitas kakao di Pardasuka menurun.
”Perawatan kakao lebih banyak banyak modalnya daripada pemasukan dari hasil panen selama ini. Sampai sekarang juga belum ada bantuan dari Pemkab Pringsewu ke petani kakao di Pardasuka. Ya, mungkin masih fokus ke daerah lain,” sindir Rodi.
Rodi dan petani kakao lainnya berharap Pemkab Pringsewu bisa memberikan bantuan, baik berupa bibit unggul dan penyuluhan secara intensif, sehingga produksinya bisa kembali normal.(*)