Kesal.
Jengkel.
Geram.
Itulah yang saya lihat di wajah Presiden Jokowi. Pada video yang saya tonton. Di media sosial.
Kejengkelannya itu terlihat sekali pada mimik wajahnya. Saat menyampaikan sambutan dalam acara afirmasi Bangga Buatan Indonesia. Di Bali. Pada Jumat (25/3/2022).
Acara itu tidak hanya dihadiri para menteri, tetapi juga kepala daerah mulai gubernur, wali kota, dan bupati, se-Indonesia.
Kala mengungkapkan kejengkelannya itu, Jokowi sempat menyebut beberapa nama menteri. Di antaranya Menteri Kesehatan, Menteri BUMN, Menteri Pertanian, serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Ia geram dengan empat kementerian itu. Sebabm ia menilai masih banyak menggunakan produk impor. Padahal, barang yang diimpor tersedia di dalam negeri.
Seperti alat kesehatan tempat tidur untuk rumah sakit yang diimpor. Padahal, produk tersebut sudah diproduksi di Bekasi, Tangerang, dan Jogjakarta.
Lalu, buku tulis, alat tulis, hingga laptop yang juga diimpor oleh Kemendikbudristek. Selanjutnya impor alat dan mesin pertanian seperti traktor. yang sebenarnya bisa dibuat di Indonesia.
Saking geramnya, Jokowi sampai mengeluarkan kata ”bodoh”. Bahkan, ia sempat meminta Menteri BUMN Erick Thohir mengganti direktur utama BUMN yang menggunakan produk impor.
Jokowi juga meminta Jaksa Agung mengawasi di lapangan, agar tidak ada produk impor yang dicap sebagai produk dalam negeri.
”Jangan pikir kita nggak mengerti!” tegasnya dalam video tersebut.
Saya pun tadi malam sempat browsing, terkait hasil dari operasi intelijen yang dilakukan Kejaksaan Agung, dalam mengawasi produk impor yang diklaim produk lokal.
Ternyata, apa yang diungkapkan Jokowi itu benar adanya. Tim Kejagung yang menyebar anggotanya di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menemukan barang impor yang dilabel merek lokal.
Barang itu beredar di sejumlah sentra perbelanjaan. Terdiri dari alat kesehatan, alat pertanian, tekstil, besi atau baja. Bahkan termasuk garam!
Saya pun bingung, mengapa kementerian ataupun pemerintah daerah seakan tak bangga dengan produk buatan anak bangsa.
Padahal, sejak zaman Presiden Soekarno, kita sudah dikenalkan konsep berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Sang proklamator itu menginginkan rakyat Indonesia tak bergantung pada produk asing. Permintaan Bung Karno itu bisa kita dengar pada pidato-pidatonya dahulu. Yang sering digaungkannya.
Pun di masa Presiden Soeharto. Saya ingat dahulu semasa kecil, menjelang perdagangan bebas, Bapak Pembangunan Indonesia itu mengingatkan rakyat Indonesia untuk cinta produk dalam negeri. Bahkan, bagi yang lahir di tahun 1980-an, mungkin masih ingat dengan lagu yang dinyanyikan Bimbo itu. Yang berjudul: Aku Cinta Buatan Indonesia.
Lantas mengapa rasa bangga atas buatan anak bangsa seakan sirna?
Barang impor sampai merajalela di Indonesia?
Sampai-sampai garam pun ditemukan tim Kejagung juga mengimpor. Dilabeli cap lokal lagi!
Entahlah…
Mungkin benar kata Gus Dur itu. Yang terkait soal impor garam itu.
Begini katanya: tujuh puluh persen wilayah Indonesia adalah air asin. Lalu, mengapa kita mengimpor garam? Okelah kalau bodoh, tapi mengapa sengaja bodoh?
(Wirahadikusumah)
